Oleh: Pdt. William Liem
Ayat Bacaan: Matius 1:18-25
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1:21)
Setiap hari ada jutaan bayi yang lahir ke dalam dunia ini. 2000 tahun yang lampau, bayi Yesus juga dilahirkan ke dalam dunia. Lalu, adakah perbedaan antara jutaan bayi yang lahir itu dengan bayi Yesus? Satu perbedaan yang jelas adalah bayi-bayi itu adalah hasil dari hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan, sedangkan bayi Yesus adalah dari Roh Kudus. Kebenaran ini berulang kali ditekankan dalam ayat 18: “Ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri.” Kemudian ayat 24-25 ditegaskan lagi: “Yusuf mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki, dan Yusuf menamakan Dia Yesus.”
Mengapa bayi Yesus harus berasal dari Roh Kudus? Jawabannya adalah jika bayi Yesus merupakan hasil dari hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan, maka bayi Yesus itu akan mewarisi dosa asal. Jika bayi Yesus mewarisi dosa asal, Ia tidak dapat memenuhi syarat untuk melaksanakan beberapa misi dari Allah yang sangat penting bagi umat manusia.
Pertama, Kristus lahir untuk melepaskan kita dari belenggu dosa (ayat 21). Apa itu dosa? Banyak orang mengartikan dosa sebagai perbuatan yang melanggar hukum: mencuri, berzinah, berjudi, berdusta, dsb. Akan tetapi Alkitab mengartikan dosa lebih mendasar. Dalam Roma 7:15-18, Rasul Paulus menggambarkan dosa sbb: “Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.”
Menurut Paulus, dosa bukan hanya suatu perbuatan yang melanggar hukum, tapi suatu keberadaan, suatu kekuatan yang bercokol dalam hati manusia. Dosa adalah suatu kekuatan yang mengendalikan manusia untuk melakukan hal-hal buruk. Bilamana seseorang hidup dalam lingkungan yang buruk, berteman dengan orang-orang yang buruk, maka semakin kuatlah kekuatan yang merusak itu.
Banyak orang laki-laki yang menghabiskan uang di meja judi, berzinah, mabuk-mabukan, dsb., ketika diancam akan dicerai oleh isterinya, menangis dan berjanji akan berubah. Satu minggu berikutnya mungkin ia berhasil, tapi minggu berikutnya, ia kembali melakukan hal-hal yang sama, bahkan sekarang lebih ganas lagi. Demikian anak-anak remaja yang terlibat dalam kebiasaan-kebiasaan buruk berjanji akan bertobat dan berubah, tapi tak lama kemudian mengulangi perbuatan yang sama. Masalahnya adalah bukan mereka tidak mau berubah tapi mereka tak mampu berubah. Ini seperti pengakuan Paulus: “Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” Paulus ingin melakukan apa yang baik, tapi yang jahat yang ia lakukan. Ia sangat putus asa, sehingga berteriak: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Maka benarlah perkataan seorang bijak: “Kenikmatan melampiaskan nafsu hanya berlangsung beberapa menit saja, tapi akibatnya seringkali menjadi penderitaan bertahun-tahun.”
Ada seorang pengusaha yang memiliki dua anak remaja, dengan bisnis yang baik, dan menjalani rumah tangga yang cukup bahagia. Tapi karena ia mulai bergaul dengan teman-teman buruk, yang kemudian mempengaruhinya untuk melakukan ha-hal yang buruk, lama kelamaan ia mulai terikat. Sampai suatu hari, ia pamit kepada keluarganya untuk mencari kekebasan dan kepuasan hidup. Maka mulailah ia bertualang dari satu tempat ke tempat dengan pelampiasan nafsu yang tanpa kendali. Setelah menjalani kehidupan yang liar itu, ia mulai menyesal dan ingin bertobat. Walau bagaimana berusaha, ia tetap tidak bisa berubah dan merasakan keputusasaan yang dalam dan ingin membunuh dirinya. Bersyukur, ia berjumpa dengan sekelompok Kristen yang mengasihinya dan membimbingnya kepada Kristus, dan akhirnya ia dapat memulai hidup baru dalam Kristus.
Bagaimana Kristus menyelamatkan kita dari dosa? Setelah Ia lahir, Ia akan bertumbuh. Pada waktu Ia berumur 33 tahun, Ia ditangkap dan disalibkan. Mengapa Dia disalib? Apakah Ia melakukan suatu kesalahan yang serius? 2 Korintus 5:21 mengatakan: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Selama Yesus hidup, Ia tidak pernah berbuat satu kesalahanpun. Jika Ia disalib, karena Ia dijadikan dosa karena kita. Setelah Ia mati, pada hari ketiga Ia bangkit kembali, dan setelah diangkat ke sorga, Ia mengutus Roh Kudus ke dunia untuk menerapkan keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus ke dalam hati orang-orang percaya. Maka, barangsiapa yang percaya kepada Kristus, Allah akan mengutus Roh Kudus tinggal dalam hidup orang itu dan memberikan kuasa-Nya untuk menghancurkan kuasa dosa yang membelenggu manusia, sehingga kita dapat merdeka. Ini seperti yang dikatakan oleh Yesus Yohanes 8:28 dikatakan: “Dan kamu akan mengenal kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Kedua, Kristus lahir untuk memberikan kita hidup yang baru. Yesus berkata: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10b). Ada ahli teologia menafsirkan kelimpahan hidup di sini sebagai kelimpahan dalam berkat materi. Menurut mereka, orang Kristen yang percaya Tuhan akan menjadi kaya raya. Bila tujuan Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberikan kelimpahan materi kepada manusia, maka orang kaya yang telah mempunyai harta yang banyak tidak membutuhkan Tuhan Yesus lagi.
Kristus datang untuk memberikan kelimpahan hidup di sini dalam pengertian kepuasan hidup rohani. Bukankah banyak manusia menganggap bila mereka mempunyai harta yang berkelimpahan, berkuasa, dihormati akan memperoleh kepuasan hidup? Akan tetapi Tuhan Yesus pernah berkata perempuan Samaria yang mempunyai 5 suami: “Jika engkau minum dari air sumur ini, engkau akan haus lagi. Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yohanes 4:13-14). Demikian pula dalam Yohanes 7:38-39, Yesus berkata: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”
Melalui ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa ketika seorang percaya kepada Tuhan Yesus, maka Tuhan Yesus akan memberikan hidup yang baru, dan hidup baru ini akan terus memancar dalam diri orang itu sehingga ia merasakan hidupnya berarti dan bertujuan. Arti hidupnya tidak lagi ditentukan karena ia memiliki uang yang banyak, atau kekuasaan yang besar. Ketika seseorang memiliki hidup yang baru, hal-hal yang menjadi kejaran orang-orang duniawi, tidak berarti lagi baginya. Ini seperti yang disaksikan oleh Zakheus. Sebelum berjumpa dengan Kristus fokus hidupnya adalah uang, tapi setelah berjumpa dengan Kristus dan diubahkan, Ia berkata: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” (Lukas 19:8). Agustinus yang pernah menjalani hidup melampiaskan hawa nafsu yang mengerikan, setelah bertobat, ia menegaskan: “Engkau telah menciptakan kami untuk Engkau dan hati kami tidak tentram sebelum mendapat ketentraman di dalam Engkau.”
Hidup baru yang diberikan oleh Kristus akan menjadikan hidup kita berarti karena kita tahu apa tujuan hidup kita. Segala perjuangan mempunyai makna. Karena hidup ini bermakna, maka hidup mempunyai harapan. C. Neil Strait berkata: “Ambillah seseorang dari hartanya, maka Anda akan menghambatnya. Ambil dari seseorang tujuan hidupnya, maka Anda akan memperlambatnya. Akan tetapi, ambillah seseorang dari harapan hidupnya, maka Anda akan menghentikannya. Manusia dapat hidup tanpa kekayaan, bahkan tanpa tujuan untuk sementara waktu. Ia tidak dapat melanjutkan hidupnya tanpa harapan.”
Ketiga, Kristus lahir untuk menyertai kita selama-lamanya. Malaikat itu berkata Maria: “ …dan mereka akan menamakan Dia Imanuel, yang berarti: Allah menyertai kita.” Banyak ahli teologia berpendapat bahwa ayat ini merupakan pengenapan nubuatan Yesaya 7:14: “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu satu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Imanuel.”
Ayat ini merupakan suatu nubuat yang diucapkan oleh nabi Yesaya 700 tahun sebelum kelahiran Tuhan Yesus. Pada waktu tahta raja Ahaz sedang terancam oleh suatu koalisi antara raja Israel (Pekah) dan raja Syria (Rezin). Konspirasi ke dua raja bertujuan untuk meruntuhkan dinasti Daud dan mendirikan sebuah kerajaan sesuai dengan pilihan mereka. Dalam situasi yang gawat ini, Tuhan mengutus Yesaya untuk menyakinkan raja Yehuda Ahaz supaya ia tetap menaruh kepercayaan dan harapannya pada Allah Yehovah dan meminta raja Ahaz meminta suatu tanda dari Tuhan. Tapi raja Ahaz yang jahat itu tidak mau melakukan itu tapi justru lari minta pertolongan dari raja Asyur. Namun, Tuhan tetap memberikan suatu tanda bahwa seorang perempuan akan melahirkan seorang anak, ia akan dinamakan Imanuel. Dengan kelahiran anak itu menyatakan walau raja Ahaz telah meninggalkan Tuhan, tapi Tuhan tetap akan menyertai bangsa Israel dan menyelamatkan mereka dari tangan koalisi raja Israel dan Syria. Di kemudian hari, kelahiran Tuhan Yesus yang disebut Imanuel, akan menjalankan fungsinya, yakni menyertai segenap umat manusia, khususnya bagi mereka yang telah menjadi anak-anak-Nya.
Namun di antara kita ada yang bertanya, bila dikatakan bahwa Tuhan menyertai saya, mengapa hidup saya dipenuhi permasalahan yang datang silih berganti. Yang satu belum selesai, yang lain datang lagi. Ada seorang penulis Kristen yang mencoba menjawab semua pertanyaan ini dengan menulis sebuah karangan yang berbunyi demikian:
Anak-Ku yang tersayang, Manusia sangat bingung dengan cara-Ku bekerja. Mereka pikir pekerjaan-Ku adalah untuk melepaskan mereka dari segala kesulitan. Aku harus memperbaiki setiap situasi buruk dan membuat setiap keadaan menjadi sempurna.
Maaf, itu bukan tugas-Ku. Aku akan memperbaiki beberapa dari keadaanmu, tetapi kamu tetap akan mendapat sejumlah persoalan. Kabar gembiranya adalah bahwa, jika kamu mengenal Aku, kamu akan mengetahui bahwa Aku selalu bersamamu. Aku akan membimbingmu melewati kesukaran-kesukaranmu dan keluar dari sisi yang lain.
Anggaplah kehidupanmu sebagai sebuah hutan belukar, dan Aku adalah pembimbingmu. Aku tidak akan mengubah hutan belukar itu menjadi Disneyland. Namun Aku akan membimbingmu melewati hutan belukar itu. Manakala hidupmu menjadi liar, janganlah takut. Melekat erat-erat sajalah. Aku akan membantumu melewatinya.
Pembimbingmu,
Tuhan.
sumber: artikel gka gloria
Ayat Bacaan: Matius 1:18-25
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1:21)
Setiap hari ada jutaan bayi yang lahir ke dalam dunia ini. 2000 tahun yang lampau, bayi Yesus juga dilahirkan ke dalam dunia. Lalu, adakah perbedaan antara jutaan bayi yang lahir itu dengan bayi Yesus? Satu perbedaan yang jelas adalah bayi-bayi itu adalah hasil dari hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan, sedangkan bayi Yesus adalah dari Roh Kudus. Kebenaran ini berulang kali ditekankan dalam ayat 18: “Ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri.” Kemudian ayat 24-25 ditegaskan lagi: “Yusuf mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki, dan Yusuf menamakan Dia Yesus.”
Mengapa bayi Yesus harus berasal dari Roh Kudus? Jawabannya adalah jika bayi Yesus merupakan hasil dari hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan, maka bayi Yesus itu akan mewarisi dosa asal. Jika bayi Yesus mewarisi dosa asal, Ia tidak dapat memenuhi syarat untuk melaksanakan beberapa misi dari Allah yang sangat penting bagi umat manusia.
Pertama, Kristus lahir untuk melepaskan kita dari belenggu dosa (ayat 21). Apa itu dosa? Banyak orang mengartikan dosa sebagai perbuatan yang melanggar hukum: mencuri, berzinah, berjudi, berdusta, dsb. Akan tetapi Alkitab mengartikan dosa lebih mendasar. Dalam Roma 7:15-18, Rasul Paulus menggambarkan dosa sbb: “Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.”
Menurut Paulus, dosa bukan hanya suatu perbuatan yang melanggar hukum, tapi suatu keberadaan, suatu kekuatan yang bercokol dalam hati manusia. Dosa adalah suatu kekuatan yang mengendalikan manusia untuk melakukan hal-hal buruk. Bilamana seseorang hidup dalam lingkungan yang buruk, berteman dengan orang-orang yang buruk, maka semakin kuatlah kekuatan yang merusak itu.
Banyak orang laki-laki yang menghabiskan uang di meja judi, berzinah, mabuk-mabukan, dsb., ketika diancam akan dicerai oleh isterinya, menangis dan berjanji akan berubah. Satu minggu berikutnya mungkin ia berhasil, tapi minggu berikutnya, ia kembali melakukan hal-hal yang sama, bahkan sekarang lebih ganas lagi. Demikian anak-anak remaja yang terlibat dalam kebiasaan-kebiasaan buruk berjanji akan bertobat dan berubah, tapi tak lama kemudian mengulangi perbuatan yang sama. Masalahnya adalah bukan mereka tidak mau berubah tapi mereka tak mampu berubah. Ini seperti pengakuan Paulus: “Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” Paulus ingin melakukan apa yang baik, tapi yang jahat yang ia lakukan. Ia sangat putus asa, sehingga berteriak: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Maka benarlah perkataan seorang bijak: “Kenikmatan melampiaskan nafsu hanya berlangsung beberapa menit saja, tapi akibatnya seringkali menjadi penderitaan bertahun-tahun.”
Ada seorang pengusaha yang memiliki dua anak remaja, dengan bisnis yang baik, dan menjalani rumah tangga yang cukup bahagia. Tapi karena ia mulai bergaul dengan teman-teman buruk, yang kemudian mempengaruhinya untuk melakukan ha-hal yang buruk, lama kelamaan ia mulai terikat. Sampai suatu hari, ia pamit kepada keluarganya untuk mencari kekebasan dan kepuasan hidup. Maka mulailah ia bertualang dari satu tempat ke tempat dengan pelampiasan nafsu yang tanpa kendali. Setelah menjalani kehidupan yang liar itu, ia mulai menyesal dan ingin bertobat. Walau bagaimana berusaha, ia tetap tidak bisa berubah dan merasakan keputusasaan yang dalam dan ingin membunuh dirinya. Bersyukur, ia berjumpa dengan sekelompok Kristen yang mengasihinya dan membimbingnya kepada Kristus, dan akhirnya ia dapat memulai hidup baru dalam Kristus.
Bagaimana Kristus menyelamatkan kita dari dosa? Setelah Ia lahir, Ia akan bertumbuh. Pada waktu Ia berumur 33 tahun, Ia ditangkap dan disalibkan. Mengapa Dia disalib? Apakah Ia melakukan suatu kesalahan yang serius? 2 Korintus 5:21 mengatakan: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Selama Yesus hidup, Ia tidak pernah berbuat satu kesalahanpun. Jika Ia disalib, karena Ia dijadikan dosa karena kita. Setelah Ia mati, pada hari ketiga Ia bangkit kembali, dan setelah diangkat ke sorga, Ia mengutus Roh Kudus ke dunia untuk menerapkan keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus ke dalam hati orang-orang percaya. Maka, barangsiapa yang percaya kepada Kristus, Allah akan mengutus Roh Kudus tinggal dalam hidup orang itu dan memberikan kuasa-Nya untuk menghancurkan kuasa dosa yang membelenggu manusia, sehingga kita dapat merdeka. Ini seperti yang dikatakan oleh Yesus Yohanes 8:28 dikatakan: “Dan kamu akan mengenal kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Kedua, Kristus lahir untuk memberikan kita hidup yang baru. Yesus berkata: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10b). Ada ahli teologia menafsirkan kelimpahan hidup di sini sebagai kelimpahan dalam berkat materi. Menurut mereka, orang Kristen yang percaya Tuhan akan menjadi kaya raya. Bila tujuan Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberikan kelimpahan materi kepada manusia, maka orang kaya yang telah mempunyai harta yang banyak tidak membutuhkan Tuhan Yesus lagi.
Kristus datang untuk memberikan kelimpahan hidup di sini dalam pengertian kepuasan hidup rohani. Bukankah banyak manusia menganggap bila mereka mempunyai harta yang berkelimpahan, berkuasa, dihormati akan memperoleh kepuasan hidup? Akan tetapi Tuhan Yesus pernah berkata perempuan Samaria yang mempunyai 5 suami: “Jika engkau minum dari air sumur ini, engkau akan haus lagi. Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yohanes 4:13-14). Demikian pula dalam Yohanes 7:38-39, Yesus berkata: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”
Melalui ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa ketika seorang percaya kepada Tuhan Yesus, maka Tuhan Yesus akan memberikan hidup yang baru, dan hidup baru ini akan terus memancar dalam diri orang itu sehingga ia merasakan hidupnya berarti dan bertujuan. Arti hidupnya tidak lagi ditentukan karena ia memiliki uang yang banyak, atau kekuasaan yang besar. Ketika seseorang memiliki hidup yang baru, hal-hal yang menjadi kejaran orang-orang duniawi, tidak berarti lagi baginya. Ini seperti yang disaksikan oleh Zakheus. Sebelum berjumpa dengan Kristus fokus hidupnya adalah uang, tapi setelah berjumpa dengan Kristus dan diubahkan, Ia berkata: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” (Lukas 19:8). Agustinus yang pernah menjalani hidup melampiaskan hawa nafsu yang mengerikan, setelah bertobat, ia menegaskan: “Engkau telah menciptakan kami untuk Engkau dan hati kami tidak tentram sebelum mendapat ketentraman di dalam Engkau.”
Hidup baru yang diberikan oleh Kristus akan menjadikan hidup kita berarti karena kita tahu apa tujuan hidup kita. Segala perjuangan mempunyai makna. Karena hidup ini bermakna, maka hidup mempunyai harapan. C. Neil Strait berkata: “Ambillah seseorang dari hartanya, maka Anda akan menghambatnya. Ambil dari seseorang tujuan hidupnya, maka Anda akan memperlambatnya. Akan tetapi, ambillah seseorang dari harapan hidupnya, maka Anda akan menghentikannya. Manusia dapat hidup tanpa kekayaan, bahkan tanpa tujuan untuk sementara waktu. Ia tidak dapat melanjutkan hidupnya tanpa harapan.”
Ketiga, Kristus lahir untuk menyertai kita selama-lamanya. Malaikat itu berkata Maria: “ …dan mereka akan menamakan Dia Imanuel, yang berarti: Allah menyertai kita.” Banyak ahli teologia berpendapat bahwa ayat ini merupakan pengenapan nubuatan Yesaya 7:14: “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu satu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Imanuel.”
Ayat ini merupakan suatu nubuat yang diucapkan oleh nabi Yesaya 700 tahun sebelum kelahiran Tuhan Yesus. Pada waktu tahta raja Ahaz sedang terancam oleh suatu koalisi antara raja Israel (Pekah) dan raja Syria (Rezin). Konspirasi ke dua raja bertujuan untuk meruntuhkan dinasti Daud dan mendirikan sebuah kerajaan sesuai dengan pilihan mereka. Dalam situasi yang gawat ini, Tuhan mengutus Yesaya untuk menyakinkan raja Yehuda Ahaz supaya ia tetap menaruh kepercayaan dan harapannya pada Allah Yehovah dan meminta raja Ahaz meminta suatu tanda dari Tuhan. Tapi raja Ahaz yang jahat itu tidak mau melakukan itu tapi justru lari minta pertolongan dari raja Asyur. Namun, Tuhan tetap memberikan suatu tanda bahwa seorang perempuan akan melahirkan seorang anak, ia akan dinamakan Imanuel. Dengan kelahiran anak itu menyatakan walau raja Ahaz telah meninggalkan Tuhan, tapi Tuhan tetap akan menyertai bangsa Israel dan menyelamatkan mereka dari tangan koalisi raja Israel dan Syria. Di kemudian hari, kelahiran Tuhan Yesus yang disebut Imanuel, akan menjalankan fungsinya, yakni menyertai segenap umat manusia, khususnya bagi mereka yang telah menjadi anak-anak-Nya.
Namun di antara kita ada yang bertanya, bila dikatakan bahwa Tuhan menyertai saya, mengapa hidup saya dipenuhi permasalahan yang datang silih berganti. Yang satu belum selesai, yang lain datang lagi. Ada seorang penulis Kristen yang mencoba menjawab semua pertanyaan ini dengan menulis sebuah karangan yang berbunyi demikian:
Anak-Ku yang tersayang, Manusia sangat bingung dengan cara-Ku bekerja. Mereka pikir pekerjaan-Ku adalah untuk melepaskan mereka dari segala kesulitan. Aku harus memperbaiki setiap situasi buruk dan membuat setiap keadaan menjadi sempurna.
Maaf, itu bukan tugas-Ku. Aku akan memperbaiki beberapa dari keadaanmu, tetapi kamu tetap akan mendapat sejumlah persoalan. Kabar gembiranya adalah bahwa, jika kamu mengenal Aku, kamu akan mengetahui bahwa Aku selalu bersamamu. Aku akan membimbingmu melewati kesukaran-kesukaranmu dan keluar dari sisi yang lain.
Anggaplah kehidupanmu sebagai sebuah hutan belukar, dan Aku adalah pembimbingmu. Aku tidak akan mengubah hutan belukar itu menjadi Disneyland. Namun Aku akan membimbingmu melewati hutan belukar itu. Manakala hidupmu menjadi liar, janganlah takut. Melekat erat-erat sajalah. Aku akan membantumu melewatinya.
Pembimbingmu,
Tuhan.
sumber: artikel gka gloria
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan Anda berkomentar dengan sopan