Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.(Matius 11:28)

21 Feb 2011

Nilai Seorang Manusia

Posted by Unknown on 20:35 with No comments
Ditengah-tengah mobilitas dan urgenitas aktivitas yang harus kita lakukan sebagai seorang usahawan, pelajar, atau ibu rumah tangga, ada kalanya .... membuat kita merasa, bahwa hidup ini bagai “mesin yang harus diputar” dan “tidak boleh berhenti”. Terlebih, ditambah adanya tuntutan kebutuhan hidup keseharian kita yang melonjak, mendorong kita mengasah pikiran untuk bisa memenuhinya.
Kondisi semacam ini, tanpa kita sadari, lambat laun, menciptakan suatu “budaya” dan “cara pandang” yang rendah tentang hidup yang sedang kita jalani. Karena tuntutan hidup yang sedemikian sulit, maka orang menilai hidupnya tanpa arti dan tujuan yang tepat. Jika materi menjadi focus hidupnya, maka nilai hidupnya sebatas pada seberapa banyak materi yang diperolehnya. Semakin banyak materi yang diperolehnya, semakin bernilai hidupnya. Demikian sebaliknya, semakin sedikit materi yang dimilikinya, semakin kecil pula ia menilai dirinya sendiri. Dampak dari “peradaban” dan “cara pandang” yang demikian hanya akan membawa manusia kepada dua kondisi, yaitu “menyombongkan diri” dan “menghinakan diri (atau orang lain)”.
Penilaian semacam ini jelas tidak sejalan dengan Firman Tuhan. Penulis Kitab Amsal mengatakan bahwa: “Siapa menghina sesamanya sama seperti menghina Penciptanya” (Ams 17:5). Alasan apapun, nilai seorang manusia tidak dapat diukur berdasarkan materi atau ras (warna kulit) yang dimilikinya. Jika Firman Tuhan menjelaskan, bahwa “menghina” atau “merendahkan” sesame sama artinya dengan “menghina Tuhan”, maka kita dapat menarik sebuah logika sederhana, yaitu manusia “disejajarkan” dengan Allah. Tentu “kesejajaran” ini bukan dalam arti kualitas, atau natur manusia sama dengan Allah. Kesejajaran ini dipakai oleh penulis Kitab Amsal, karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan (Kej. 1:26). Sebagai penyandang “gambar dan rupa” Tuhan, maka nilai seorang manusia tidak ditentukan dari materi yang Tuhan berikan kepada mereka, tetapi dari tujuan hidup manusia yang menyandang gambar-Nya.
Karena itu saudara, bentuk peradaban atau kemasyarakatan apapun yang menghina sesame telah menghina diri Allah, yang adalah Penciptanya. Terlebih kita, sebagai orang yang telah ditebus-Nya, dilarang menghina dan merendahkan sesamanya manusia, atau menilai diri kita sendiri menjadi berharga hanya karena kita memiliki materi lebih dibandingkan orang lain. Kita berharga karena “kita diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya”, dan terlebih itu, “kita berharga, karena kita adalah orang-orang yang telah ditebus menjadi anak-anak Allah di dalam Yesus Kristus”. Jadi, janganlah tinggi hati, tetapi juga jangan rendah hati.
Sumber: Perspektif GKA Gloria, Editorial

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Anda berkomentar dengan sopan